Hidup ini adalah sebuah desain.
Bicara
tentang desain, membuatku teringat akan sesuatu hal. Saat itu, di malam hari, aku
mendapat sebuah pesan bbm dari seorang teman kuliah. Ketika kubalas
malam itu dia tidak membalas lagi. Mungkin sudah tidur, pikirku. Aku pun
tidur setelah itu. Paginya, dia membalas. Dia bercerita tentang
bagaimana stressnya mengerjakan skripsi. Temanku itu sedang berusaha
untuk mencari perusahaan lain untuk dijadikan subyek skripsi. Aku sangat
bisa merasakannya. Bayang-bayang skripsi masih melekat di ingatanku.
Aku jadi teringat akan betapa beruntungnya aku bisa mendapatkan
perusahaan untuk skripsi dulu.
Saat
itu, sekitar 2 bulan sebelum pengumpulan proposal skripsi, aku
mengikuti les bahasa Korea. Aku mengikutinya sendiri, berbekal informasi
yang kudapat dari google. Orang yang dekat denganku pasti tahu, bahwa
aku tidak biasa sepeti itu. Aku yang biasanya, tidak akan mau mengikuti
suatu hal tanpa ada teman bersamaku. Untuk alasan praktis aku berubah.
Aku pikir aku tidak akan memulai jika apa-apa harus ada temannya.
Akhirnya aku terpaksa untuk berkenalan dengan orang-orang baru. Terpaksa
untuk approach mereka terlebih dahulu. Dan pada akhirnya aku
menemukan 2 orang teman yang bekerja di stasiun televisi milik Negara.
Dari merekalah aku mendapatkan jalan untuk mengirimkan permohonan
penelitian skripsiku. Diterima.
Aku
tidak mempunyai koneksi, terutama karena perusahaan yang kucari juga
memiliki lingkup tertentu. Bisa saja aku belum menyelesaikan skripsiku
sekarang jika aku tidak memulai les bahasa Korea. Tidak terpikirkan
sebelumnya kalau itu semua merupakan sebuah desain.
Cerita lainnya adalah tentang satu pasangan.
Ega
adalah saudara sepupuku. Nenek dari Ega dan kakekku adalah kakak adik.
Aku mengenalnya sejak kecil, tentu saja, karena dia saudaraku yang juga
dari Jakarta.
Vya
adalah teman karibku dari SMA sampai sekarang. Vya merupakan orang yang
sangat ramai dan ceria. Berbeda dengan aku yang lebih introvert.
Kami berteman baik. Bercerita tentang banyak hal. Sewaktu SMA dulu, aku
sempat mengenalkan dia dengan sepupuku yang lain, tapi tidak berjalan
lancar. Setelah itu aku sempat ingin mengenalkan dia dengan Ega, tetapi
tidak jadi, aku tidak tahu nomor telepon genggam Ega dan entah mengapa
dulu aku pikir "sudahlah nanti kalau waktunya Vya punya pasangan juga ia
akan mendapatkannya, sudah tidak perlu dikenal-kenalkan lagi."
Beberapa
tahun kemudian, Ega dan Vya berkuliah di kampus yang sama dengan
jurusan yang sama. Mereka berteman tanpa harus aku kenalkan. Entah 1
atau 2 tahun berlalu pada akhirnya mereka memutuskan untuk jalan bersama
setelah Vya memutuskan hubungan dengan pasangan sebelumnya. Hubungan
Ega dan Vya masih berlangsung sampai sekarang. Kalau dulu aku
mengenalkan mereka, ceritanya bisa berbeda.
Hidup ini bukan essay, melainkan pilihan ganda di dalam pilihan ganda.
Bisa jadi konsep parallel universe itu benar adanya.
Bisa jadi konsep parallel universe itu benar adanya.