Wednesday 24 October 2012

Mengejar Cita

Hari ini gw membaca sebuah tulisan yang gw dapatkan dari @ThoughtCatalog. Judulnya menarik, terutama untuk gw yang sedang menunggu wisuda. 


Setelah membaca dari awal akhir, yang bisa gw simpulkan adalah dia menulis tentang bagaimana euphoria yang kita rasakan ketika lulus itu tidak akan berlangsung lama, bahwa segala pride yang kita bawa dari almamater dan jurusan kita, sejumlah uang yang orang tua kita keluarkan untuk membiayai kuliah kita, pada akhirnya akan berujung dengan kita menjadi pekerja pada suatu perusahaan yang tidak mempedulikan siapa kita sebagai individu melainkan hanya mempedulikan keuntungan yang harus mereka dapat. Menurutnya, kebahagiaan kita tidak dapat ditentukan oleh seberapa besar uang yang kita hasilkan, maupun barang mewah yang dapat kita beli. Yang pada akhirnya sang penulis tersebut memberanikan diri untuk menjalani hidup yang dia mau walaupun dengan penghasilan dan gaya hidup yang jauh dari sebelumnya. Sekian.

Dan... ternyata sudah cukup banyak yang mengomentari tulisan tersebut. Gw yang tadinya mulai merasa setuju dengan si Ben Atwood jadi berpikir dua kali untuk setuju. Seseorang bernama lynne berkomentar:

"Not everyone determines how happy their life is based on how much they enjoy their job. I think a piece of advice I would instead give to college grads is to look at the reality of your situation and consider your options based on the kind of life you would want to have. For instance, if I want a life that is centered on material possessions - a house, a nice car, enough money to send my kids to private school - then a crappy but well-paying job is just a means to an end; it doesn't define me, and it certainly doesn't mean I've 'failed', it just means I value other things more than my career. Similarly, if you believe that you will be happier pursuing your passion even if it means struggling to make ends meet, then by all means do that. Whatever choice you make, it should be something you've rationally thought through and can live with. I don't think we are in a position to judge (or pity) anyone's choices or priorities."

Sengaja gw copy paste mentah karena menurut gw ini merupakan paragraf utuh yang kalo dipotong bisa mengurangi esensi dari apa yang dia sampaikan. Dan menurut gw, apa yang dia sampaikan ini sangat benar.

It's all about priorities. Gw sendiri misalnya, cita-cita gw (yang tidak mau gw sebutkan dulu) kelihatannya tidak dapat menghasilkan uang, justru mengeluarkan banyak biaya. Berarti yang harus gw lakukan adalah menaruh cita-cita itu sebagai tujuan akhir, menjadi sesuatu yang harus dipenuhi dan bukanlah menjadi pekerjaan. Pekerjaan itu sendiri menjadi medium tercapainya suatu cita-cita. Dan apakah pekerjaan itu... kita sama-sama belum tau. Gw cuma berharap semoga akan menyenangkan.

Let's pray for a good, or great, or super great life ahead :D

That K-Pop Thingy

I'm such a boyband girl. I tend to like pretty boys, especially pretty, smart, nice looking boys. I find them more attractive than a rebellious bad boys (as an opposed). So... nowadays, lots of people in Indonesia are infected with Korean wave, including me :p
Eventho I've learned Korean language (self-taught) since 3 years ago, I happen to like the boyband and girlband just a year ago. They are all so pretty :D :D





Aren't they so pretty? But, I think I need to clear this up because when I said I like pretty boys doesn't mean I like boys who act girly. I think being pretty and girly are two different things. So, not every pretty boys are girly. In Korea itself, I think being a pretty boy is a part of their modern culture and not because their sexual orientation or whatsoever.

I don't care what people think of them, that pretty boys are a sissy. I mean hey, do you feel intimidated by them? ;)